Wednesday, 22 April 2020

St. Benediktus dari Nursia

   
EVANGELIUM SECUNDUM MATTHAEUM
5: 48

Estote ergo vos perfecti sicut et Pater vester caelestis perfectus est


MATIUS 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna

   
  

   Jika tradisi Kekristenan Timur memiliki Santo Antonius Agung dari Mesir sebagai bapa monastisisme, maka tata cara dan tradisi kehidupan membiara (monastisisme) Barat ditetapkan dan berawal dari Santo Benediktus dari Nursia. Dirinya sering digambarkan dalam tradisi gerejani sebagai seorang lelaki botak dengan janggut putih yang panjang, mengenakan pakaian seorang biarawan dan memegang entah tongkat seorang abbas (kepala biara) atau buku berisi Regula (Peraturan) Santo Benediktus yang ditulisnya, atau kedua-duanya. Regula yang ditulisnya menjadi dasar bagi tradisi kehidupan monastik Gereja Barat (Katolik Roma), dan komunitas yang mengikutinya disebut sebagai Ordo Benediktin.

   Santo Benediktus lahir di Nursia (sekarang Norcia) di Umbria, Italia. Pada saat ia lahir, Italia berada di bawah kekuasaan Odoacer, seorang raja beretnis Jermanik yang telah berhasil menggulingkan kaisar Romawi Barat terakhir Romulus Augustulus. Menurut tradisi, Santa Skolastika adalah saudari kembarnya. Kelak ia pun akan terpengaruh dan mengikuti jalan monastik Benediktus.
Ikon Santo Benediktus (kiri) bersama saudarinya,
Santa Skolastika (kanan).
Santa Skolastika dihormati sebagai pelindung
para biarawati Benediktin.
     Benediktus muda dikirim oleh orangtuanya untuk belajar di Roma. Cara semacam ini umum bagi mereka yang akan menginjak usia dewasa dan dipersiapkan untuk karier politik, terutama untuk putra dari keluarga bangsawan seperti keluarga Benediktus. Di kota tersebut, Benediktus merasa khawatir akan gaya hidup pemuda-pemuda seumurannya. Mereka diajarkan ilmu retorika, suatu ilmu yang sekarang kurang lebih dikenal orang sebagai public speaking, dimana gaya dan intonasi bicara seseorang dengan gaya persuasif lebih penting dibandingkan dengan kesahihan argumen, premis, dan kebenaran yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, sering kali gaya hidup mereka tidak cocok dengan apa yang mereka katakan. Mereka berbicara tentang kebaikan, namun pada praktiknya hidup hanya untuk memuaskan keduniawian mereka saja.

    Benediktus mencoba untuk mengasingkan diri ke sebuah desa di luar kota. Tujuannya pada awalnya ialah mencari kedamaian. Namun, sesudah menemukan panggilan untuk menghidupi gaya hidup yang lebih menyendiri lagi, ia pergi ke gunung Subiaco dimana terdapat sebuah gua. Di bawah bimbingan rahib Santo Romanus yang telah lebih dulu menyendiri di situ, Benediktus hidup sebagai seorang rahib penyendiri.
       Ini tidak berarti hidupnya bebas dari pencobaan. Menurut tradisi, Santo Benediktus hampir jatuh ke dalam dosa ketika iblis memancingnya dengan menyamar menjadi seorang wanita muda cantik yang pernah ia kenal di Roma. Dalam penyesalannya Santo Benediktus menggulingkan dirinya di semak duri hingga tubuhnya penuh luka. Namun pengalaman yang menyakitkan tersebut membawa kedamaian bagi dirinya. Sejak saat itu, menurut tradisi, ia tidak pernah mengalami pencobaan lagi.

       Kesucian Santo Benediktus dan gaya hidup pertapanya menarik perhatian banyak orang. Orang-orang datang untuk meminta nasihat dan doanya, dan beberapa mencoba meneladan gaya hidupnya. Sebuah komunitas membiara di dekat situ baru saja kehilangan abbas mereka. Sebagai gantinya, mereka meminta Benediktus menjadi abbas mereka yang baru.
    Namun gaya hidup Benediktus terbukti terasa berat bagi mereka. Benediktus sendiri sudah memperingatkan mereka tentang hal ini, dan beberapa kali menolak tawaran mereka karena jalan hidup mereka yang tidak sesuai dengan visinya. Mereka tidak menyukai gaya Benediktus yang dianggap terlalu ketat dan disiplin.
Regula Santo Benediktus, pedoman
hidup membiara Barat;
khususnya Ordo Benediktin.
    Beberapa orang rahib mencoba untuk meracuninya. Pertama, mereka memberikan segelas minuman anggur yang telah diracuni kepada Benediktus. Di saat sang abbas membuat tanda salib di atas gelas tersebut, gelas itu seketika pecah dan anggurnya terbuang sia-sia.
     Seorang imam bernama Florentius yang tinggal di sekitar situ merasa iri akan kesucian Benediktus yang menarik banyak orang. Ia mencoba untuk meracuni sang abbas dengan memberikan kepadanya roti beracun. Ketika ia mengucapkan berkat atas roti itu, seekor burung gagak (yang disebutkan sering menerima roti dari Benediktus) datang. Benediktus menyuruh burung gagak itu untuk "pergi dan membuangnya di tempat tak seorangpun dapat menemukannya". Sesudah burung gagak itu melakukan seperti yang dikatakannya, Benediktus memberi makan burung gagak itu dengan rotinya sendiri. Kejadian tersebut tak sendirinya mengganggu Benediktus, namun orang yang sama mencoba mendiskreditkannya berulang kali.
Biara Monte Cassino, rumah pertama Ordo Benediktin dan
tempat tinggal Santo Benediktus dari 529 hingga wafatnya
pada 547.
     Pada akhirnya, Benediktus dan para biarawan pimpinannya meninggalkan Subiaco dan pindah ke Monte Cassino. Di Monte Cassino, ia mendirikan sebuah biara yang menjadi biara pertama Ordo Benediktin. Sebagai pedoman jalan hidup monastik mereka, Benediktus merumuskan dan menulis Regula (Peraturan) Santo Benediktus. Di kemudian hari, regula yang dibuatnya ini menjadi dasar penting bagi kehidupan membiara Gereja Katolik Roma.

     Kesucian dan kebijaksanaannya tidak berhenti sampai di situ. Menurut legenda, raja bangsa Goth Totila melancarkan invasi ke Italia pada dekade 540an. Tujuannya ialah untuk memulihkan kekuasaan kerajaan bangsa Goth di semenanjung itu. Ia memerintahkan seorang perwiranya, yang dalam beberapa tradisi bernama Riggio untuk memakai pakaian kerajaannya dan menemui Benediktus untuk menguji apakah sang abbas akan mengetahui tipuan itu. Dengan segera Benediktus mengetahui bahwa ia bukan sang raja yang asli. Pada tanggal 21 Maret 543 (menurut tradisi Benediktin), Totila sendiri datang untuk menemui sang abbas terhormat.
      Ada pula kisah mengenai Santo Maurus dan Santo Plasidus, dua orang muridnya. Santo Plasidus muda diutus untuk mengambil air dari danau, namun hampir tenggelam terbawa arus. Menyadari keadaannya, Santo Benediktus segera menyuruh Santo Maurus untuk menyelamatkan anak muda itu. Dalam keadaan tergesa-gesa, Santo Maurus tanpa sadar berjalan di atas air. Santo Maurus sendiri menganggap mujizat ini berkat doa dari gurunya, sedangkan Santo Benediktus berkat kepatuhan muridnya. Kepatuhan sendiri adalah wujud dari kerendahan hati, yang menjadi salah satu elemen paling penting dalam Regula Santo Benediktus.

      Santo Benediktus meninggal dunia pada 547, tidak lama sesudah saudarinya Santa Skolastika meninggal dunia. Ia dimakamkan di Monte Cassino, dimana biaranya sekarang menjadi tempat peziarahan yang penting. Hingga hari ini, hampir 15 abad sejak kematiannya, Regula Santo Benediktus masih dihormati sebagai batu penjuru yang penting bagi kehidupan monastisisme Barat. Pada tahun 1964, Paus Paulus VI menjadikan Santo Benediktus sebagai orang kudus pelindung benua Eropa. Hal ini dinyatakan kembali pada tahun 1980, ketika Paus Yohanes Paulus II menetapkan Santo Benediktus bersama dengan Santo Sirilus dan Metodius (yang berperan membawa ajaran Kristus ke tanah bangsa Slavia di Eropa Timur) sebagai orang-orang kudus pelindung Eropa.

No comments:

Post a Comment