Tampak depan Istana Koudenberg, dilukis oleh pelukis Flanders Jan Brueghel Junior di abad ke-17. |
Namanya mungkin terdengar asing, apalagi bagi pembaca Indonesia. Istana Koudenberg (Belanda: Paleis op de Koudenberg) pada masanya pernah menjadi salah satu kediaman kerajaan paling terkenal di Eropa. Namun sesudah keruntuhannya, ia ditinggalkan dan dilupakan. Saat ini, reruntuhan dan sisa-sisa ruang bawah tanah bekas istana ini masih ada di bawah Place-Royale di Brussel, Belgia.
Philippe III "yang Baik" Adipati Bourgougne (1419-1467) |
Koudenberg dalam bahasa Belanda berarti "bukit (yang) dingin". Bukit kecil yang terletak di kota Brussel ini selama kurang lebih 700 tahun ditempati oleh istana yang bernama sama sebagai tempat tinggal para penguasa; entah itu raja, pangeran, atau adipati di Brabant. Pada masa pemerintahan Count1 Lambert II dari Leuven pada abad ke-11, sebuah kastil kecil dibangun di tempat ini. Aslinya, kastil ini dibangun juga dengan fungsi pertahanan sebagai benteng di kota Brussel. Sebuah benteng pertahanan lain sebenarnya sudah ada di tepi sungai Senne yang lebih dekat ke pusat kota Brussel. Namun kondisi di tepi sungai yang tidak mendukung mendorong Adipati Jan I dari Brabant pada penghujung abad ke-13 untuk memindahkan pusat pertahanan utama ke Koudenberg.
Seiring dengan dibangunnya tembok kedua Brussel, kastil di Koudenberg kehilangan fungsi defensif-nya. Hingga sekarang, satu-satunya sisa dari tembok kedua Brussel ini adalah Gerbang Halle, yang terletak di Boulevard du Midi. Selain itu, dalam catatan sejarah yang lebih tua, nama Koudenberg sering ditulis Coudenberg. Menurut buku Historical Dictionary of Brussels oleh Paul F. State, pada saat yang bersamaan dengan dibangunnya tembok pertahanan kedua Brussel, kastil di Koudenberg diubah menjadi tempat tinggal kebangsawanan yang sebenarnya.
Sisa-sisa batu marmer di Istana Koudenberg dengan lambang Philippe III "yang Baik" terukir di atasnya. |
Philippe III "yang Baik", Adipati Bourgougne (memerintah 1419-1467) merenovasi dan menjadikan Istana Koudenberg sebagai tempat tinggal kebangsawanan dan pusat pemerintahan yang pantas dan layak untuk tingkat kenegaraan di Eropa masa itu. Tak hanya itu, ia menjadikan Brussel juga sebagai pusat pemerintahan tanah-tanah di bawah kekuasaannya. Perlu diketahui bahwa Philippe terhitung di antara para bangsawan terkaya di Eropa saat itu, bahkan menyaingi keluarga-keluarga kerajaan yang berkuasa. Tanah-tanah subur di Bourgogne dan Negara-Negara Rendah (Belanda dan Belgia) membawa kekayaan bagi Kadipaten Bourgogne yang dikuasainya. Kadipaten Bourgonge sendiri terletak di wilayah yang sekarang Bourgogne-Franche-Comté di timur Prancis. Di antaranya, empat departemen yaitu Côte-d'Or, Saône-et-Loire, dan bagian selatan departemen Yonne serta departmen Nièvre sekarang termasuk dalam wilayah Kadipaten Bourgone zaman dahulu. Wilayah yang diperintah oleh Adipati Bourgogne sendiri lebih luas. Tak hanya Kadipaten Bourgogne saja. Pada masa Philippe III "yang Baik", wilayah dibawah kekuasaannya terbentang dari Belanda dan Kadipaten Brabant (yang termasuk Belgia sekarang) di utara hingga ke daerah Auvergne dan Swiss.
Aula Magna terletak di kiri atas bangunan istana dalam gambar ini. |
Aula Magna
Demi membujuk Philippe untuk menjadikan Brussel sebagai kota kediaman permanennya, dewan kota Brussel memerintahkan pembangunan sebuah aula perjamuan kenegaraan yang mewah di kompleks Istana Koudenberg. Pembangunan Aula Magna, nama bahasa Latin yang berarti Aula Besar/Agung ini didanai dari kas kota. Didesain oleh arsitek utama Willem de Voghel, Aula Magna diperindah dengan jendela dengan puncak runcing yang membentuk semacam bentuk gapura atau kubah. Terdapat lebih dari 22 cerobong asap di Aula Magna, dan aula kenegaraan ini terhubung dengan halaman dalam istana melalui tangga kenegaraan serta terhubung lewat dua pintu yang terbuka pada kapel istana sejak 1522. Aula Magna diperkirakan memiliki luas 40 x 16,3 meter, tanpa menggunakan tiang penyangga beban atap.
Kaisar Romawi Suci Karl V menyatakan turun tahta di Aula Magna Istana Koudenberg pada 1555 |
Meskipun Lille, Bruges, atau Dijon juga terkadang menjadi tempat tinggal adipati, Philippe akhirnya lebih memilih Brussel.
Kini, yang tersisa dari Aula Magna hanya ruang bawah tanahnya yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan dapur. Sekilas, ruang bawah tanahnya mungkin tidak semengagumkan aulanya sendiri jika masih bertahan hingga sekarang. Ruang bawah tanah yang terletak di bawah Place-Royale ini menjadi bagian dari Museum Koudenberg yang memiliki wewenang untuk melestarikan sisa-sisa dari Istana Koudenberg. Sisa-sisa dari Istana Koudenberg ini ditemukan dalam penggalian yang dimulai pada dekade 1980an. Sedangkan dalam penggalian tahun 1995-2000 ditemukan lantai aula yang hampir utuh, yaitu motif ubin biru dan putih berselang-seling. Ubin lantai tersebut kini sudah hilang (sejak tahun 2003), namun sisa-sisa ruang bawah tanah Aula Magna sendiri masih bisa dikunjungi di bawah Place-Royale sebagai atraksi turis. Terdapat pula sebuah batu bundar yang di atasnya terukir lambang pribadi Philippe III "yang Baik".
Kembali lagi ke Istana Koudenberg. Masing-masing penguasa yang pernah tinggal di istana ini meninggalkan kontribusinya terhadap bangunan istana. Tentu saja penguasa yang paling terkenal yang pernah tinggal disini adalah Kaisar Romawi Suci Karl V, juga dikenal sebagai Raja Carlos I dari Spanyol.
Karl V, Kaisar Romawi Suci; juga sebagai Carlos I, Raja Spanyol. Di bawah pemerintahannya Spanyol menaklukkan Amerika dan hampir tercipta "monarki universal". |
Kaisar Karl V menjadikan Istana Koudenberg sebagai tempat tinggalnya, meskipun ia juga punya kediaman di Toledo, Spanyol. Sebuah kapel bergaya Gotik dibangun pada masa pemerintahan di abad ke-16.
Pada masa Karl V inilah Istana Koudenberg mencapai puncak kemewahan dan kejayaannya. Bangunan utama istana diperbesar serta dibuat lebih tinggi dan lebih luas. Jendela-jendela baru ditambahkan dan ruang-ruangan dan galeri-galeri baru berisi karya seni seperti patung dibangun dalam gaya Renaisans. Istana Koudenberg juga menjadi rumah bagi karya-karya seni lainnya yang tak terhitung, mulai dari permadani dan sulaman, barang-barang dari emas dan perak dengan estetika tinggi, manuskrip berhias (Inggris: illuminated manuscript) dan buku-buku yang dijilid dengan bahan mahal, hingga patung dan pahatan terbaik di Eropa beserta karya seni dari keramik. Tak lupa pula lukisan-lukisan karya pelukis terkenal Eropa seperti Titian, Peter Paul Rubens, dan Pieter Bruegel Senior menghiasi Istana Koudenberg pada masa jayanya.
Akhir Tragis dari "Auberge des Princes"
Di abad ke-17, Istana Koudenberg mendapat julukan "auberge des princes", yang dalam bahasa Prancis berarti tempat penginapan para pangeran. Banyak peristiwa penting dalam sejarah Eropa terjadi di istana ini. Pertemuan pertama Dewan Negara-Negara Rendah (Belanda: Staten-Generaal van de Nederlanden) yang dibentuk pada 1464 terjadi di Aula Magna pada 1465. Pada 1515, proklamasi umur mayoritas2 Karl V terjadi disini. Di Aula Magna pula pada 1555 Karl V menyatakan pengunduran dirinya dan menyerahkan kekuasaannya di daerah Belanda dan Belgia sekarang pada putranya Felipe II dari Spanyol. Pada 1566, pernikahan Alessandro Farnese dan Infante Maria dari Portugal dirayakan dengan megah di Aula Magna di Istana Koudenberg. Pada kesempatan itu pula, para bangsawan Belanda menyerahkan petisi mereka pada Margaret dari Parma (yang juga menjabat sebagai gubernur Negara-Negara Rendah dalam kekuasaan Habsburg), ibu dari pengantin laki-laki. Isinya ialah untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan institusi Inkuisisi. Di kemudian hari, ketika permohonan para aristokrat ini tidak disetujui, Perang Delapan Puluh Tahun pecah dan mengakibatkan kemerdekaan Belanda dari kekuasaan Spanyol. Daerah selatan yang masih dibawah kekuasaan Spanyol kelak akan menjadi negara Belgia sekarang ini.
Lukisan kebakaran yang memusnahkan Istana Koudenberg, dilukis oleh G. van Auwerkerken. |
Istana Koudenberg sendiri berakhir tragis. Kebakaran besar terjadi di Istana Koudenberg pada malam 3 Februari 1731. Di bulan awal tahun tersebut sistem pasokan air kota Brussel sedang membeku akibat musim dingin. Orang-orang kewalahan dan akhirnya tidak sanggup memadamkan kebakaran tersebut. Kebakaran merambat hingga ke seluruh istana, dan pada akhirnya hampir seluruh istana musnah dalam kebakaran. Hanya kapel yang tersisa.
Hasil penyelidikan resmi mengatakan bahwa kebakaran dimulai dari dapur di ruang bawah tanah istana dimana para pegawai istana sedang memasak untuk menyiapkan suatu perjamuan. Namun sumber kebakaran lebih mungkin terjadi akibat lilin yang tanpa sengaja lupa dimatikan. Menurut situs resmi Coudenberg, kebakaran terjadi akibat kelalaian Adipati Agung Maria Elisabeth dari Austria. Sang adipati agung yang juga gubernur Negara-Negara Rendah dibawah kekuasaan Austria disebut terlalu lelah dan segera terlelap dalam tidur tanpa mematikan lilinnya, yang mengakibatkan kebakaran dan merambat ke seluruh istana. Dalam peristiwa kebakaran, koleksi-koleksi istana termasuk barang-barang dan karya seni beserta arsip dan data-data pemerintah dalam jumlah tak terbilang hilang ditelan api.
Suatu sudut dari ruang bawah tanah Koudenberg, sekarang ini di bawah Place-Royale |
Selama hampir 40 tahun lamanya reruntuhan Istana Koudenberg dibiarkan begitu saja. Pada 1774 atas usulan Pangeran Charles Alexandre de Lorraine, reruntuhan Istana Koudenberg dan kapel istana dirobohkan. Saat itu, pemerintahan Negara-Negara Rendah sudah dipindahkan ke Rumah Nassau, yang di atas bekas tanahnya sekarang ditempati oleh Istana Charles de Lorraine (Belanda: Paleis van Karel van Lotheringen; Prancis: Palais de Charles de Lorraine). Bukit Koudenberg sendiri diratakan dan di atasnya dibangun Place-Royale hingga saat ini. Walaupun begitu, sisa-sisa ruang bawah tanah istana tetap dilestarikan dan digunakan sebagai situs penyelidikan sejarah sekaligus sebagai atraksi turis.
1 Semacam gelar kebangsawanan yang umum di Eropa. Dalam sistem kebangsawanan Prancis masa Ancien Regime, seorang count (Prancis: comte) berkedudukan lebih rendah daripada seorang markuis (Prancis: marquis) namun lebih tinggi daripada seorang viscount (Prancis: vicomte). Di Jerman dan Austria, gelar count (Jerman: graf) ini dibagi dua jenis yaitu pfalzgraf (Inggris: count palatinate) dan reichsgraf (Inggris: count(ess) of the empire) dengan kedudukan yang berbeda.
2 Umur dimana seorang penguasa mulai memerintah sendiri tanpa seorang wali (Inggris: regent). Bilamana seorang penguasa naik tahta pada masa kanak-kanak, biasanya ia akan dibantu seorang wali untuk memerintah, hingga ia mencapai umur mayoritasnya (biasanya sekitar umur 14-15 tahun).